Silakan isi data Anda dan kami akan menghubungi Anda dalam waktu 2 hari kerja.
Selesai

SELAMAT DATANG DI BLOG I CAN READ INDONESIA!

Setiap bulannya kami akan menyajikan artikel-artikel baru mengenai pendidikan dan pengajaran yang berfokus pada guru, orangtua, ataupun keduanya. Apapun yang kamu pilih untuk dibaca, kami harap artikel-artikel ini bermanfaat.


VIEW MORE VIEW LESS

PENTINGNYA ENCODING, ATAU EJAAN



Sebagai spesialis dalam pengajaran Membaca, di I Can Read kami merasa cukup nyaman dengan peran yang dimainkan 'Penguraian kode (Decoding)' dalam keberhasilan pembelajaran membaca - dan pentingnya secara aktif mengajar siswa kami cara memecahkan kode bunyi kata (decode) sebagai bagian dari program pengajaran membaca kami. Namun selain decoding, yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan 'Encoding' dan inilah yang akan kami fokuskan pada bulan ini.

Sebagai pengingat, decoding adalah pemecahan (atau segmentasi) kata-kata menjadi satu suara atau fonem yang unik, mis. kata 'bed' dapat diuraikan atau disegmentasi menjadi tiga suara terpisah, Buh + Eh + Duh.

Keterampilan kecil namun cerdas ini adalah sesuatu yang sekalinya dipelajari, akan secara otomatis terus dilakukan setiap kali kita dihadapkan dengan kata tertulis yang baru – secara singkat kira-kira begini prosesnya, kita melihat huruf-huruf dari kata baru yang baru saja kita temui, lalu ketika kita sudah mempelajari skill decoding yang disebutkan tadi, kita akan secara otomatis mengaitkan huruf-huruf itu dengan suara unik yang dihasilkan masing-masing ketika diucapkan, dan kemudian memadukan suara individu ini bersama-sama untuk memungkinkan kita mengucapkan kata baru.

Encoding adalah kebalikannya. Ini adalah proses yang kita gunakan untuk menerjemahkan kata yang diucapkan ke dalam bentuk tertulisnya – atau dengan kata lain, encoding adalah mengeja dan akhirnya menulis.

Jadi singkatnya, encoding adalah memecah kata yang diucapkan menjadi bagian-bagian yang ditulis atau dieja, sedangkan decoding memecah kata tertulis menjadi bagian-bagian yang diucapkan secara lisan.

Kemampuan encoding dan decoding berjalan beriringan dalam pengajaran dan pembelajaran 4 keterampilan literasi utama yaitu Mendengarkan, Membaca, Menulis, dan Berbicara. Siswa yang dapat menunjukkan keterampilan dalam keduanya, umumnya memiliki keterampilan literasi yang lebih kuat.
Dasar dari encoding (dan decoding) adalah Kesadaran Fonemik (Phonemic Awareness). Ini adalah kesadaran bahwa semua kata terdiri dari kumpulan suara unik (dikenal sebagai fonem) dan bahwa suara ini bisa berasal dari salah satu huruf alfabet, mis. B, F, J, atau kombinasi huruf mis. Er, Oy, Ng, Sh…

Ketika kita belajar membedakan bunyi-bunyi ini dan dapat memanipulasinya dengan memadukannya untuk membentuk kata, atau, dapat mengambil kata dan mengelompokkannya ke dalam fonem masing-masing, kita menunjukkan kesadaran fonemik.

Persyaratan lebih lanjut untuk encoding  yang sukses adalah:
1. Pengetahuan tentang Alfabet – setelah kita merasa nyaman dengan fonem, kita harus dapat mengubahnya menjadi simbol (juga dikenal sebagai grafem). Simbol-simbol ini sederhananya yang kita sebut huruf dalam alfabet.

2. Kita harus membangun kesadaran akan hubungan bunyi-huruf – atau, huruf mana yang mewakili setiap bunyi unik. Beberapa suara dapat diwakili oleh  satu huruf, sementara yang lain diwakili oleh kombinasi huruf, mis. suara 'ow' seperti pada sapi, diwakili oleh huruf o dan w yang digabungkan.

3. Kita harus percaya diri dalam menguraikan kata-kata menjadi fonem/bunyi individu – yaitu dengan keterampilan decoding, sehingga ketika kita mendengar kata yang diucapkan kita dapat mengidentifikasi suara individu yang membentuk kata itu.

4. Kita juga harus percaya diri dalam menggabungkan bunyi – yaitu, ketika kita mengambil bunyi-bunyi individu tadi dan menggabungkannya dalam bentuk kata tertulis.

5. Selain itu, kemampuan untuk mengidentifikasi bunyi pertama, tengah, dan terakhir dalam kata-kata itu penting – jika kita memiliki kesadaran bahwa kata-kata memiliki bunyi pertama, tengah, dan terakhir, ini memberi kita petunjuk seperti apa bentuknya saat dieja, mis. alih-alih mengeja kata 'can' sebagai 'cn' - kesadaran akan bunyi pertama, tengah, dan terakhir dapat membantu kita menyadari bahwa kita telah melupakan bunyi tengah dan perlu menambahkan 'a'.

6. Juga diperlukan keterampilan mendengar dan pendengaran yang kuat untuk mendengar fonem, ditambah keterampilan visual yang diperlukan untuk dapat mengidentifikasi grafem.

7. Pemahaman tentang suku kata juga membantu – dengan memecah kata menjadi suku kata, kita dapat memisahkannya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, membuatnya lebih mudah untuk dikodekan, mis. kata 'Octopus' memiliki tiga suku kata – jadi daripada mencoba dan mengidentifikasi bunyi dalam kata lengkap, kita dapat mencoba dan mengidentifikasi bunyi secara terpisah di masing-masing dari tiga suku kata, yaitu oc + to + pus– ini kemudian membuatnya lebih mudah untuk dikodekan atau dieja.

8. Dan yang terakhir yang juga sangat penting adalah untuk secara teratur terpapar kata-kata tertulis. Membaca dan benar-benar melihat kata-kata yang dieja dengan benar merupakan aspek penting untuk memperoleh keterampilan encoding. Dengan melihat kata-kata tertentu yang ditulis secara teratur, kita memperoleh wawasan tentang bagaimana kata-kata itu dieja dengan benar. Kita juga dapat mulai melihat konvensi dan pola ejaan, mis. 'word families' – jika kita mengambil kata 'cat' dan mengganti 'c' dengan 'b' menjadi 'bat', atau jika kita mengganti 'c' dengan 's' menjadi 'sat'. Akhirnya kita juga harus bisa dengan percaya diri menambahkan 'th' untuk mengeja 'that', atau 'fl' untuk mengeja flat...

Pengeja yang kuat cenderung biasanya adalah pembaca yang kuat juga karena perhatian yang mereka berikan pada hubungan bunyi-huruf. Kemampuan untuk melakukan ini membutuhkan waktu dan latihan, dan keterampilan pengkodean seperti yang tertulis di atas harus diajarkan secara aktif.

Membantu siswa memperoleh keterampilan ini adalah tujuan pembelajaran utama dari tiga Kursus Pra-Membaca I Can Read. Dalam setiap pelajaran siswa terlibat dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan ini. Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang pendekatan I Can Read untuk mengajar encoding (dan decoding), atau ingin mendaftarkan anak Anda untuk tes penempatan, silakan merujuk ke informasi Lokasi Pusat di situs web kami. Tim kami akan dengan senang hati memberikan informasi lebih lanjut.

Inge Wilhelm
Juni 2022
VIEW MORE VIEW LESS

KEMBALIKAN SENYUMMU, SAATNYA KEMBALI KE SEKOLAH!



Liburan sekolah adalah waktu yang paling menyenangkan bagi anak-anak. Sebelum liburan tiba, hari-hari terasa begitu panjang, seperti takkan pernah berakhir, dipenuhi dengan bayangan akan kemungkinan petualangan yang seru, perjalanan ke tempat-tempat yang dekat maupun jauh, keluarga, teman, dan betapa bebasnya ketika liburan tiba! Hingga beberapa minggu menjelang hari-hari terakhir sekolah, kengerian pagi hari, rutinitas yang padat, membaca, menulis, matematika, sains, ujian, pekerjaan rumah… semuanya akhirnya bisa dikesampingkan (setidaknya untuk sementara waktu).

Betapa cepatnya hari-hari yang menyenangkan itu berakhir! Dan sebelum kita menyadarinya, anak-anak kita sudah harus dihadapkan lagi pada kenyataan harus kembali ke sekolah – yang bagi sebagian anak, kembali ke sekolah setelah liburan yang sangat menyenangkan bisa menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan, namun bagi sebagian yang lain akhir liburan memicu perasaan sedih pasca- liburan yang tidak ada habisnya..

Meskipun sangat dapat dimengerti bahwa banyak dari anak-anak kita merasa enggan untuk kembali ke sekolah (seperti halnya kebanyakan dari kita, apalagi kalau liburannya sedemikian seru), ada hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mencoba mengurangi ketidakbahagiaan mereka mengenai hal itu dan mengubahnya menjadi sesuatu yang membuat mereka bersemangat.

Pertama, penting untuk memahami dengan jelas tentang alasan sebenarnya dari ketidakbahagiaan kembali ke sekolah ini? Apakah hanya karena sesuatu yang seru akan segera berakhir, atau ada hal diluar itu? Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti adalah dengan berbicara dengan anak Anda – hal ini tentu menjadi sangat penting apalagi jika anak Anda nantinya akan bertemu guru dan/atau teman sekelas baru, atau sedang memulai sekolah yang baru. Adalah umum bagi anak-anak untuk merasa cemas, yang menyebabkan perasaan enggan karena mereka tidak yakin dengan apa yang akan mereka hadapi, jadi dorong mereka untuk berbicara tentang ketakutan mereka dan yakinkan mereka bahwa apa yang mereka rasakan adalah wajar dan bahwa Anda akan berada di sana untuk mendukung mereka saat mereka memasuki tahun ajaran baru nanti.

Ketika berbicara dengan anak-anak kita, kita harus berhati-hati untuk tidak menyampaikan pikiran negatif kita sendiri tentang sekolah – mendengar orang tua berkata, 'Mama tahu bagaimana perasaanmu, karena Mama juga benci pergi ke sekolah' tidak akan memberi dorongan pada mereka untuk kembali mau melewati gerbang sekolah. Dengarkan dengan seksama apa yang dikatakan anak-anak Anda dan tanggapi secara langsung kekhawatiran, ketakutan, dan perasaan ketidakpastian dalam diri mereka – ketimbang membagikan kekhawatiran Anda sendiri.

Bantu anak Anda fokus pada hal-hal positif di sekolah – teman yang akan mereka temukan, guru keren yang akan mereka temui, aktivitas menyenangkan yang akan mereka lakukan, hal-hal baru yang akan mereka pelajari… Andalah yang paling mengenal anak Anda, jadi jika mereka suka membaca dan/atau menulis, semangati mereka dengan semua buku keren yang akan mereka baca dan cerita yang akan mereka tulis, jika mereka menyukai seni, bicarakan semua hal menakjubkan yang akan mereka ciptakan, atau jika mereka menyukai olahraga, soroti tim yang dapat mereka ikuti …

Kiat-kiat kembali ke sekolah berikut ini mungkin dapat membantu transisi yang menyenangkan bagi anak Anda dari rumah ke sekolah:

1. Jangan sepenuhnya menghilangkan rutinitas selama liburan. Tentu saja tidak apa-apa untuk membuat mereka sedikit rileks, tetapi tetap dengan waktu tidur normal, waktu makan, waktu beres-beres dan semacamnya, hal ini akan membuat anak-anak jauh lebih mudah untuk menerima kembalinya rutinitas yang lebih ketat dari kehidupan sekolah mereka, daripada jika mereka dibiarkan tetap bebas seperti selama liburan.

2. Demikian juga, jangan sepenuhnya menghilangkan kegiatan belajar selama liburan. Sisihkan waktu setiap hari untuk membaca - lebih baik lagi, ciptakan waktu membaca keluarga setiap hari. Mendorong anak-anak Anda untuk membuat buku harian harian akan membantu mereka tetap menulis. Lakukan diskusi keluarga untuk mendorong mereka berpikir kritis tentang kehidupan mereka dan dunia di sekitar mereka. Tindak lanjuti acara apa pun dengan percakapan santai tentang apa yang mereka lakukan, lihat, rasakan, atau pikirkan…

3. Jika masih ada PR selama waktu liburan (☹) sisihkan waktu di awal liburan untuk menyelesaikannya dan simpan setelahnya. Tetap pastikan bahwa semua PR sudah diselesaikan, kemudian lupakan itu selama liburan.

4. Jika memungkinkan, izinkan anak-anak Anda untuk tetap berhubungan dengan teman sekolah mereka – idealnya ciptakan kesempatan bagi mereka untuk berkumpul, tetapi paling tidak, pertemuan mingguan di telepon/zoom/skype… akan membantu persahabatan mereka untuk tetap terjaga dan semakin erat .

5. Menjelang kembalinya ke sekolah, ikut sertakan anak-anak Anda dalam belanja perlengkapan sekolah akan membawa kesan positif mengenai kembali ke sekolah. Biarkan mereka untuk ikut memilih barang menarik seperti kotak pensil, buku tulis, pakaian baru…

Dan terakhir, yakinkan anak-anak Anda bahwa selama beberapa bulan ke depan saat mereka kembali ke sekolah, hal-hal menyenangkan masih akan terus terjadi di luar sekolah – mungkin mereka akan mengadakan pesta ulang tahun atau perayaan keluarga yang dinanti-nantikan, atau film yang telah tunggu akan segera keluar, atau kunjungan ke tempat makan favorit mereka akan terus berlangsung… Bantu mereka menyadari bahwa meskipun sekolah adalah bagian besar dari hidup mereka, itu bukan seluruh hidup mereka.

Kami berharap semua anak (dan orang tua mereka) bebas dari stres dan selamat kembali ke tahun ajaran baru!

Riagus and Inge
July 2022
VIEW MORE VIEW LESS

CARA SEDERHANA UNTUK TETAP SEHAT



Kesehatan adalah salah satu aset yang paling berharga di hidup kita. Dengan menjaga kesehatan, kita dapat berfungsi secara maksimal, menjadi lebih produktif, lebih tangguh, dan menjalani kehidupan yang lebih terpenuhi. Dalam kehidupan yang tak terduga ini – terkadang penuh petualangan, terkadang menyulitkan – menjaga kesehatan fisik dan mental harus menjadi prioritas kita. Ini terutama penting untuk kita para orang-tua dan guru. Untuk menjaga orang lain, pertama-tama kita harus menjaga diri kita sendiri!

Namun, seperti yang kita semua ketahui, menjaga kesehatan tidak semudah mengatakannya. Ada terlalu banyak hal yang dapat dengan mudah menjatuhkan kita: stres dari tempat kerja, tidur yang tidak cukup, tidak punya waktu untuk berolahraga, dll. Bahkan masalah terkecil pun dapat berdampak besar jika dibiarkan.

Jadi saya ingin mengambil kesempatan ini untuk membagikan beberapa tips yang semoga bermanfaat. Tentu saja saya tidak akan merekomendasikan perubahan besar dalam hidup kita seperti bangun pagi untuk jogging selama satu jam setiap pagi, atau bermeditasi dengan lilin beraroma terapi selama 30 menit sebelum bekerja… Tips yang akan saya bagikan hanyalah beberapa kebiasaan dan rutinitas sederhana yang dapat kita terapkan dengan mudah dalam kehidupan kita.

1. Banyak Minum Air
Tips ini tentu saja tidak asing bagi kita, namun minum cukup air mungkin merupakan salah satu hal yang paling terabaikan dalam menjaga kesehatan. Jika kita ingat kelas IPA kita saat masih di sekolah dasar, kita tentu ingat bahwa hingga 60% dari tubuh kita adalah air, dan bahwa sebagian besar organ membutuhkan air untuk bekerja dengan baik, jadi masuk akal bahwa kita perlu tetap terhidrasi.

Aturan umum dalam kebutuhan air adalah 2-3 liter sehari, berdasarkan pada kebiasaan dan rutinitas kita. Jadi mari kita mulai hari dengan segelas air, minum segelas lagi setiap kali kita makan, dan minum secara konsisten sepanjang hari. Bawa botol air yang ekstra besar itu, dan minum secara teratur!

2. Bergerak secara teratur
Tips ini juga bukanlah kejutan. Menjadi aktif secara fisik bermanfaat bagi tubuh dan pikiran kita, mulai dari memperkuat tulang dan otot hingga meningkatkan kesehatan otak dan kognisi kita.

Bergerak secara teratur sebenarnya cukup mudah. Bagi sebagian besar dari kita, hal ini bisa sesederhana beranjak dari kursi tempat kita bekerja dan berjalan-jalan kecil, bahkan jika itu hanya naik turun tangga, ke kamar kecil, ke supermarket terdekat, atau hanya ke dispenser air. Kuncinya adalah untuk tidak 'terjebak' di kursi kita dan berusaha secara sadar untuk bergerak secara teratur.

3. Beristirahat dan bersantai
Istirahat memiliki peran yang besar dalam menjaga kesehatan, tetapi yang mengejutkan adalah istirahat sering diperlakukan tidak adil. Banyak dari kita yang berpikir bahwa saat kita beristirahat, kita sedang bermalas-malasan. Kita takut bahwa istirahat akan mengganggu produktivitas kita. Saya juga bersalah dalam hal ini karena terkadang saya berpikir bahwa waktu yang saya habiskan untuk istirahat adalah waktu yang terbuang sia-sia. Tapi pikiran yang demikian sangat jauh dari kebenaran. Dengan istirahat yang cukup, kita dapat meningkatkan fokus dan kreativitas kita, mengisi energi kita, dan memungkinkan kita untuk menjadi lebih dinamis, fokus dan efisien.

Untuk kesehatan fisik, istirahat memberikan kita kesempatan untuk memulihkan diri dan memberikan energi. Untuk kesehatan mental, pikiran kita dapat beristirahat dari tantangan hidup. Kita perlu secara sadar berusaha untuk bersantai dan memberi tubuh dan pikiran kita waktu tenang untuk pulih kembali.

4. Perhatikan apa yang kita makan
Kita terus-menerus dibombardir dari 'pakar' makanan tentang apa yang bisa dan tidak bisa kita makan. Sedemikian rupa sehingga kita sering kesulitan untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tapi apakah makan sehat itu benar-benar sulit?

Kita semua tahu bahwa makan sehat tidak perlu rumit – buah dan sayuran segar, protein, kacang-kacangan, dan biji-bijian harus kita makan dengan teratur, lebih dari makanan penuh lemak dan gula. Meskipun ini bukan berarti bahwa kadang-kadang kita tidak bisa mentraktir diri sendiri dengan makanan spesial!

5. Bersosialisasi
Manusia adalah makhluk sosial: kita suka bergaul dengan orang lain. Pencarian Google sederhana akan menunjukkan sejumlah besar penelitian tentang efek negatif dari isolasi diri, yang dapat memicu kondisi medis yang serius seperti penyakit jantung, kecemasan, dan depresi. "Loneliness kills" bukan hanya sebuah kutipan. Manusia 'diprogram' untuk berinteraksi dan bersosialisasi, dan bahkan orang yang paling introvert pun membutuhkan kontak dengan orang lainnya. Ini adalah bagian penting dari kemanusiaan kita.

Dengan mengingat hal ini, mari kita lakukan yang terbaik untuk menjaga teman dan keluarga kita tetap dekat. Baik dari jarak jauh atau tatap muka – tetaplah terhubung dan berkomunikasi.
 
6. Mintalah bantuan
Ada kekuatan dalam meminta bantuan, baik bantuan profesional ataupun pribadi. Tak satu pun dari kita adalah pahlawan super dalam hal emosional, dan dari waktu ke waktu hidup mungkin akan terlalu membebani kita. Tapi kabar baiknya adalah, tidak ada dari kita yang perlu sendirian. Ada banyak orang di luar sana yang akan dengan senang hati membantu kita melewati apa pun yang kita alami. Yang perlu kita lakukan adalah menjangkau mereka dan meminta bantuan.

Seperti yang terlihat dari tips-tips di atas, kita tidak perlu mengambil tindakan ekstrim dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Beberapa 'perubahan sederhana' dalam gaya hidup kita dapat membawa manfaat yang besar. Sebagai penutup, berikut adalah beberapa kata dari Jim Rohn:

'Jaga tubuh anda. Itu satu-satunya tempat anda harus tinggal'. 

Agus Haris Munandar
September 2022
VIEW MORE VIEW LESS

MEMBANGUN KARAKTER ANAK MELALUI CERITA



Membaca adalah jendela dunia yang membawa kita dari dunia kita ke dunia lain. Di antara halaman-halaman buku, kita dapat menjelajahi kehidupan berbagai karakter dan budaya yang sama sekali berbeda dengan yang kita punya. Kita juga dapat mempelajari kata dan frasa baru, mengalami berbagai emosi, dan memperoleh keterampilan dan pengetahuan. Karena potensi belajar tersebut, dalam I Can Read kami percaya bahwa mengungkapkan kegembiraan membaca akan membekali anak-anak sepanjang sisa hidupnya.

Di I Can Read, kami telah merancang sesi story-time dan story-reading untuk menjadi pengalaman belajar yang menarik di mana guru tidak hanya dapat menjalin ikatan dengan siswa mereka, tetapi juga mengajari mereka bunyi dan kata-kata baru dan mengembangkan keterampilan literasi mereka. Di atas semua itu, membaca cerita juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada siswa yang akan menjadi landasan bagi mereka untuk menjadi orang dewasa yang bermartabat.
 
Jadi, mengapa belajar tentang nilai itu penting? Nilai adalah komponen kunci dari karakter seseorang, dan karakter yang kuat terdiri dari nilai-nilai yang dipelajari anak-anak di masa kecil mereka. Nilai-nilai ini akan membantu anak-anak untuk membedakan yang benar dari yang salah, memahami apa yang benar secara moral, dan membimbing mereka untuk membuat keputusan yang tepat di kemudian hari. Nilai-nilai juga mempersiapkan pengkondisian mental mereka dan memperkuat tekad mereka untuk mengatasi kondisi dan situasi sulit di masa depan.

Bagi anak-anak, pembelajaran nilai tidak hanya mereka pelajari dengan sendiri tapi juga butuh untuk diajarkan. Agar dapat dipelajari, nilai-nilai moral perlu diajarkan berulang-ulang, dan cerita memungkinkan hal itu terjadi dengan cara yang menyenangkan tanpa membuat mereka bosan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa menumbuhkan nilai-nilai pada anak-anak bekerja lebih baik melalui cerita:

1. Cerita memiliki gambar dan kata-kata: cerita tidak hanya menggunakan visual yang membentuk gambaran mental dalam pikiran anak-anak, tetapi juga narasi menarik yang menopang minat anak. Jika nilai-nilai tersebut secara pribadi diinvestasikan dalam karakter cerita, anak-anak cenderung lebih memahami ide-ide akan nilai baru tersebut lebih cepat.
2. Anak-anak belajar dengan meniru: anak-anak suka meniru apa yang mereka lihat, dan cerita memberi mereka banyak contoh untuk dihubungkan. Sebuah cerita dapat mengeksplorasi tindakan dan konsekuensinya dengan cara yang mudah diserap oleh seorang anak. Seorang tokoh dalam cerita menjadi teman fiksi keren yang mereka inginkan. Tugas kita sebagai orang tua dan guru adalah memastikan bahwa kita memberi mereka cukup panutan untuk ditiru.
3. Menunjang pengembangan kepribadian dan karakter: pelajaran dari cerita berbasis nilai berkembang menjadi perjalanan penemuan jati diri bagi anak-anak, karena mereka akan menemukan pertanyaan untuk direnungkan, perenungan ini akan menginisiasi introspeksi pada usia dini. Ini pada akhirnya membantu mengembangkan kepribadian anak-anak dan membangun karakter mereka.

Bagaimana kita bisa membuat kegiatan bercerita menjadi bermakna untuk menanamkan nilai-nilai? Inilah cara mudah untuk memulai:
 
1. Membaca Bersama
Bersama-sama bukan berarti hanya menugaskan anak-anak dengan bagian dari sebuah cerita untuk dibaca dan kemudian kita bertindak sebagai pengawas, tentu saja tidak, tetapi melibatkan diri menjadi 'mitra' dalam prosesnya. Mulailah dengan memilih sifat karakter yang akan difokuskan, kemudian ikuti perkembangan karakter dalam cerita dari konflik awal hingga penyelesaian cerita. Dengan cara ini, kita dengan sengaja dapat melibatkan anak-anak dan menginspirasi mereka. Ingatlah untuk senantiasa menyelami isi cerita, menjelajah alur cerita, dan tapi melakukannya Bersama-sama!
 
2. Buatlah Menyenangkan
Anak-anak suka berimajinasi, jadi mengapa tidak masuk ke karakter dan memerankan bagian cerita favorit mereka bersama-sama, misalnya, memerankan kembali adegan favorit dengan beberapa alat peraga dan kostum untuk bersenang-senang, atau jika mereka cukup berseni, mengapa tidak mencoba menggambar karakter, kemudian memotongnya dan menggunakannya sebagai peraga saat kita membaca cerita.
 
3. Diskusikan Ceritanya
Diskusi membantu anak-anak memahami dan menginternalisasi nilai yang ditempatkan pada apa yang dibaca. Fokuskan kepada pertanyaan terbuka daripada pertanyaan ya/tidak atau pertanyaan pemahaman. Tanyakan kepada mereka, "Apakah tindakan yang dilakukan tokoh utama baik, buruk, atau antara keduanya?" Dorong mereka untuk membenarkan jawaban mereka. Ini akan memungkinkan waktu diskusi yang lebih bermakna. Biarkan mereka merasakannya pengalamannya dalam cara Anda berdiskusi – bukan sebagai otoritas yang menguji pemahaman, tetapi sebagai partner di samping mereka.

Anak-anak membutuhkan perilaku teladan daripada peringatan verbal. Dan karena anak-anak akan mempelajari mata pelajaran abstrak dengan lebih baik melalui penggunaan benda-benda konkret, perlu untuk secara eksplisit menimbulkan rasa cinta akan nilai perilaku yang direferensikan kepada mereka. Pada akhirnya, cerita adalah media paling sederhana yang dapat kita bisa gunakan untuk memperkenalkan anak-anak pada kebajikan, nilai-nilai dan membekali mereka dengan karakter yang kuat selama sisa hidup mereka. Jadi, mari bercerita!

Meiva Mutia R
October 2022
VIEW MORE VIEW LESS

KITA PUNYA GAYA



'Pendidikan bukanlah sesuatu yang didapat dalam sekali waktu, tetapi merupakan proses seumur hidup' - Gloria Steinem.

Pembelajaran sepanjang hayat dibangun dengan keyakinan bahwa tidak ada batas waktu untuk belajar, berikut dengan pengetahuan bahwa kita tidak hanya mempelajari segala sesuatu melalui pendidikan formal saja dan bahwa pada dasarnya belajar adalah hidup dan hidup adalah belajar.

Kita sebagai manusia, sebagian besar memiliki dorongan alami dan rasa ingin tahu untuk mengeksplorasi, belajar, dan tumbuh. Baik itu mengembangkan keterampilan baru, mempelajari teknologi baru, atau memperoleh pengetahuan baru…

Kita belajar untuk alasan profesional yaitu untuk meningkatkan keterampilan kerja, kemampuan kerja, dan juga untuk alasan pribadi dan/atau sosial. Belajar membantu kita merasa aktif, progresif, dan terhubung secara sosial. Pembelajaran ini seringnya bersifat informal, umumnya dimulai dari diri sendiri yang tentu saja membutuhkan motivasi dan penilaian diri sendiri, dan apakah keberhasilan atau kegagalan yang kita terima pada akhirnya, semuanya tergantung kita.

Dalam hal bagaimana kita belajar, tidak ada ukuran standar yang bisa cocok untuk semua orang. Kita semua belajar dengan cara yang berbeda, dengan kata lain kita semua memiliki gaya masing-masing.

Kritik paling umum dari sistem sekolah di seluruh dunia adalah bahwa seringkali sekolah gagal untuk mengajari siswa bagaimana belajar dan cenderung lebih berkonsentrasi pada 'apa' yang diajarkan atau dengan kata lain dengan pemikiran umum bahwa konten (atau kurikulum) adalah segalanya. Meskipun ini mungkin berhasil dalam batasan lingkungan pendidikan formal, apakah ini bisa mempersiapkan kita untuk belajar di luar kelas yang tidak dipimpin guru?

Contohnya seperti skenario berikut, Anda menjadi sukarelawan untuk organisasi amal dan telah diminta untuk membantu dengan menyediakan 100 topi rajutan untuk bayi yang baru lahir. Anda tahu bahwa untuk mencapai ini Anda akan membutuhkan sekelompok sukarelawan untuk membantu Anda. Anda tidak tahu cara merajut dan begitu pula sebagian besar sukarelawan yang Anda temukan.

Agar berhasil, Anda semua harus belajar cara merajut – untuk melakukannya, Anda dapat memilih untuk:
Temukan ahlinya dan ikuti pelajaran 1:1
Mendaftar di kelas merajut
Tonton video pelatihan
Dengarkan podcast swadaya
Baca buku instruksi/panduan manual
Bentuk klub rajut dan belajar dari satu sama lain
Coba dan ajari diri Anda melalui trial dan error.

Metode yang Anda pilih umumnya akan mencerminkan gaya belajar Anda. Secara umum gaya belajar terbagi dalam beberapa kategori berikut:
1. Visual atau Spasial – untuk pembelajar yang ingin dapat 'melihat' sesuatu secara utuh untuk memahaminya.
2. Auditory – untuk pelajar yang suka belajar melalui berbicara, mendengarkan dan diskusi.
3. Fisikal – bagi pelajar yang lebih suka menggunakan tubuh dan gerakannya, mereka cenderung belajar melalui aplikasi sentuhan praktis daripada teori.
4. Pembelajar Sosial – pelajar yang lebih suka belajar secara kolaboratif dengan orang lain.
5. Pembelajar Soliter – pelajar yang lebih suka terlibat dalam belajar mandiri dan belajar sendiri.

Umumnya, gaya belajar ini ditentukan sendiri dan sering bisa diketahui dengan alasan yang cukup sederhana, misalnya saya menikmati menonton video atau melihat gambar, oleh karena itu saya cenderung menjadi pembelajar visual, atau, saya suka mendengarkan podcast sendiri, oleh karena itu saya mungkin seorang pembelajar auditori yang menyendiri…

Tapi, dan ini adalah TETAPI yang perlu ditekankan – apakah kita merugikan diri kita sendiri dengan memasukkan diri kita ke dalam keyakinan bahwa terlepas dari apa yang kita coba pelajari, pendekatan pembelajaran kita harus selalu sama?

Singkatnya, jawabannya adalah ya. Cara belajar itu tidak baku, jadi masuk akal bahwa cara kita belajar juga bisa dilakukan dengan berbagai cara – pada dasarnya, mengubah gaya belajar kita untuk beradaptasi dengan tujuan pembelajaran tertentu adalah apa yang membuat kita lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Mari lihat kembali skenario merajut tadi – daripada memilih hanya salah satu pendekatan pembelajaran, seorang pelajar sebenarnya akan lebih berhasil ketika menggabungkan beberapa (atau bahkan semua) pendekatan, misalnya berguru pada ahlinya, simak  dan pelajari saat mereka mengajar, kemudian tindak lanjuti dengan video instruksi, baca manual atau buku panduan, coba dan coba lagi, sebelum akhirnya berkumpul sebagai kelompok untuk saling mendukung saat menyelesaikannya tugas tersebut.

Sebagai guru dan orang tua, penting untuk memiliki kesadaran dan pemahaman bahwa ada gaya belajar yang berbeda dan bahwa di kelas atau rumah kita, setiap anak tidak sama! Saat mengajar, kita cenderung menyukai pendekatan yang selaras dengan preferensi belajar kita sendiri, jadi, jika kita adalah pembelajar sosial dan auditori, maka di kelas kita, kita sering mengajar dengan gaya yang mendukung hal tersebut, misalnya diskusi, kerja berpasangan atau kelompok, pembelajaran kolaboratif. … sedangkan, jika gaya belajar utama kita adalah soliter dan visual, yang merupakan gaya belajar melalui membaca dan penelitian sendiri, maka gaya dan pendekatan mengajar kita di kelas kemungkinan besar juga akan dipengaruhi oleh ini.

Memiliki kesadaran dan pemahaman ini, memungkinkan kita untuk mendekati siklus belajar-mengajar dari perspektif siswa, sehingga memastikan bahwa pengajaran kita berpusat pada siswa. Hal ini juga memungkinkan kita untuk berpikir tentang uji coba gaya mengajar yang berbeda dan dengan demikian memaparkan siswa kita pada cara belajar alternatif - sesuatu, yang seperti yang disebutkan sebelumnya tidak selalu kita lakukan dengan baik di sekolah kita.

Dengan membiarkan siswa/anak kita (dan tentu saja, juga diri kita sendiri) untuk mengalami pembelajaran dengan cara yang berbeda, kita berpotensi membuka dunia baru yang penuh kemungkinan, hal-hal yang menyenangkan, dan kesuksesan.

Inge Wilhelm
Mei 2022
VIEW MORE VIEW LESS

TAMBAHKAN SEJUMPUT KEGEMBIRAAN UNTUK MEMBACA YANG LEBIH MENYENANGKAN



Kita tahu bahwa membaca memiliki banyak manfaat baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Membaca buku, majalah, jurnal, dan surat kabar secara konstruktif dapat membantu mengembangkan imajinasi anak, dan juga dapat meningkatkan kesadaran mereka tentang apa yang terjadi di sekitar mereka. Karena itu, kita tentunya akan merasa prihatin ketika anak-anak yang dalam pengasuhan kita ini kehilangan minat membaca, lalu bukannya menikmatinya, mereka malah mulai menganggapnya membosankan atau menjadi sesuatu hal yang mereka dihindari.

Untuk orang tua dan guru - meyakinkan anak-anak tentang betapa menyenangkannya kegiatan membaca tidak selalu mudah. Kita tentulah ingin anak-anak kita suka membaca dan mau melakukannya tanpa dipaksa. Kita selalu mencoba melakukan yang terbaik untuk meningkatkan kebiasaan membaca anak-anak kita; namun, terkadang metode kita mungkin tidak seefektif yang kita inginkan, dan kenyataannya terkadang metode kita malah dapat menyebabkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan. Untuk mengatasi masalah ini, kita tentunya harus menggali lebih dalam.

Berikut adalah beberapa penyebab umum yang mempengaruhi mengapa seorang anak tidak suka membaca, juga beberapa solusi yang 'semoga' berguna.

1. Memilih buku yang tidak sesuai dengan selera anak:
Anda mungkin memiliki banyak buku di perpustakaan atau ruang kelas Anda, namun, jika tidak sesuai dengan selera anak-anak, buku-buku tersebut cenderung akan tetap berada di rak ketimbang dibaca anak-anak. Oleh karena itu, kita perlu meminta pendapat anak-anak kita tentang apa yang ingin mereka baca - tanyakan soal tema, karakter, atau genre. Jika mereka punya pilihan, mereka lebih mungkin terinspirasi untuk membaca!

2. Buku-buku yang memuat terlalu banyak kata:
"Saya lelah''. Ini adalah ungkapan yang sering saya dengar dari murid-murid saya ketika saya berusaha mendorong mereka untuk membaca, dan Anda mungkin pernah mendengar hal yang sama. Seringkali 'kelelahan' ini muncul karena teks atau buku yang anak-anak harus baca terlalu panjang dan padat – sehingga membaca menjadi 'tugas' yang tidak menyenangkan lagi bagi mereka.
Untuk menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut dan untuk membuat anak-anak tetap tertarik, dalam membaca teks yang panjang atau semacamnya, bacalah bagian demi bagian dalam bentuk segmen-segmen yang lebih kecil – waktu membaca yang teratur tetapi dengan jumlah lebih sedikit dapat membantu menjaga minat dan keterlibatan anak. Anda juga dapat mempertimbangkan untuk memilih cerita dengan gambar yang menarik untuk menyertai kata-kata, termasuk buku 3D atau pop-up, atau mencoba berbagai metode membaca – individu, kelompok, interaktif…

3. Tingkat kesulitan buku:
Jika teks terlalu rumit juga membutuhkan banyak waktu dan usaha untuk memahaminya, seorang anak dapat dengan cepat menjadi tidak tertarik. Demikian juga, jika teksnya terlalu sederhana, juga akan cenderung membosankan bagi anak-anak. Oleh karena itu, bagi orang tua dan guru, mengetahui bakat membaca dan tingkat keterampilan anak dalam membaca sangatlah penting! Kita harus bekerja sama untuk memastikan perpaduan yang tepat antara teks yang mudah atau yang sulit bagi anak untuk memastikan mereka tidak hanya menikmati tapi juga tingkat kesulitan bahan bacaan tersebut tetap ditingkatkan seiring berjalannya waktu untuk kesuksesan lebih lanjut.

4. Waktu menatap layar:
Bagi generasi saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan buku menjadi semakin kuno dan membosankan adalah benar adanya bagi mereka. Sementara banyak dari kita sebagai orang tua dan guru merasa sedikit takut akan dampak waktu menatap layar terlalu lama pada anak-anak kita ketika kita melihat mereka mulai tidak tertarik lagi dengan buku fisik dan lebih menggandrungi 'buku elektronik' yang penuh animasi, suara, dan aksi.
Namun kita harus menyadari bahwa Perangkat Elektronik akan tetap ada bahkan makin berkembang seiring jaman, suka tidak suka, waktu menatap  layar dan membaca akan memiliki hubungan yang erat. Oleh karena itu mari kita ambil sisi baiknya ketimbang hanya bergelut dengan rasa takut, kita bisa mencari cara yang efektif agar waktu menatap layar anak-anak juga bisa sekaligus menjadi waktu membaca yang berguna bagi mereka.

Menumbuhkan kegemaran membaca anak memiliki banyak kesamaan dengan membudidayakan tanaman. Dalam berkebun, kita harus menabur benih dan menyiramnya setiap hari sampai tumbuh dan  menjadi tanaman. Kemudian kita harus merawat tanaman itu sampai hasilnya bisa dipanen. Dalam kasus seorang anak, kita harus menabur benih hasrat untuk membaca pada mereka, dengan memaparkan mereka pada buku-buku yang menarik dan bagus sejak mereka lahir, dan memelihara hasrat ini sepanjang tahun-tahun pertumbuhan merek, dan dengan ini jadilah anak-anak kita generasi pecinta sastra.
 
Perlu diingat bahwa tujuan utama kita adalah agar kesenangan dan membaca berjalan beriringan!

Febrina Ramadhani
ICR Sukawangi, Bandung.
April 2022
VIEW MORE VIEW LESS

BERBICARA DENGAN ANAK - MANFAAT PERCAKAPAN



‘Adalah hal yang berharga untuk berkomunikasi dengan anak-anak, membantu mereka menemukan karunia bahasa dan pikiran’. - Richard Scarry.

Anak-anak adalah mesin belajar yang menyerap segala sesuatu di sekitarnya, terutama bahasa. Kita sebagai orang tua dan guru memiliki peran penting untuk dimainkan dalam mendukung keterampilan literasi anak-anak agar berkembang - dan seperti halnya yang kita tahu bahwa penguasaan bahasa dapat lebih bermakna dan produktif ketika diajarkan secara implisit dalam konteks kehidupan sehari-hari anak melalui percakapan, daripada jika itu hanya secara eksplisit diajarkan untuk pembelajaran  - semuanya kembali kepada kita untuk bagaimana mendorong percakapan ini agar terjadi, dan dengan melakukan itu, memungkinkan anak-anak kita untuk menghidupkan pikiran, perasaan dan ide mereka, dan juga untuk berbagi dunia mereka yang unik dengan kita.

Penelitian terbaru dari Harvard, MIT, dan University of Pennsylvania menunjukkan bahwa otak anak berkembang paling baik melalui pertukaran ide yang teratur. Dalam studi tersebut, anak-anak yang terlibat dalam percakapan reguler dengan orang tua menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam area pemrosesan bahasa di otak mereka. Bukan jumlah kata yang Anda ajarkan kepada seorang anak yang penting, melainkan mendengarkan dan berbicara dengan mereka secara teraturlah yang akan memberi pengaruh lebih.

Menginisiasi dan terlibat dalam percakapan dengan anak-anak kita membawa banyak manfaat jangka panjang.

1. Memperkuat Ikatan Orangtua-Anak
Untuk membangun ikatan yang kuat dengan anak-anak, kita perlu terhubung secara otentik dengan mereka. Koneksi dimulai dengan tidak hanya mendengarkan tetapi juga berbicara. Ada perbedaan yang signifikan antara berbicara dengan anak-anak dan berbicara dengan mereka. Ketika percakapan nyata terjadi, tidak peduli seberapa sederhananya, misal selama waktu makan malam atau waktu tidur, waktu-waktu ini menawarkan anak-anak kesempatan untuk mengekspresikan diri, merasakan pengalaman didengarkan dan juga dipahami. Jadi, berinisiatif lah memulai percakapan ini dan dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan bagaimana hal itu dikatakan - mengingat bahwa mendengarkan bukan hanya mendengar, melainkan hadir sepenuhnya tanpa interupsi atau penilaian. Menunjukkan kepada anak Anda bahwa Anda siap untuk melihat sesuatu dari sudut pandang mereka, membantu menumbuhkan kepercayaan dan saling menghormati.

2. Berkontribusi pada Pengembangan Keterampilan Sosial
Banyak percakapan terbaik terjadi secara spontan saat kita menjalani keseharian kita - apakah itu di dalam mobil, saat sarapan, dalam perjalanan ke sekolah, selama jalan-jalan keluarga, bersepeda, atau ketika mengantri di toko, semua ini adalah waktu yang tepat untuk percakapan. Adanya percakapan teratur yang efektif dan jauh dari kata  stres dengan orang tua dan guru, memberi anak-anak dorongan untuk berbicara dengan orang lain dan dengan melakukan itu mereka dapat mengembangkan keterampilan sosial mereka - kemampuan untuk berbicara dengan percaya diri dengan banyak orang dalam berbagai situasi dan pengaturan adalah keterampilan kunci untuk kesuksesan di masa depan!

3. Mendorong Pertumbuhan Self-Esteem
Menjadi 'dilihat dan didengar' sangat penting untuk pengembangan Self-Esteem. Visibilitas ini dimulai di rumah. Keluarga yang secara teratur menghabiskan waktu berkualitas bersama, jauh dari gangguan teknologi, dan 'kebisingan' lain yang tidak perlu, cenderung mendorong anak-anak mereka untuk lebih terbuka terhadap eksperimen dan pengambilan risiko. Anak-anak ini belajar melihat dunia mereka sebagai tempat untuk banyak kemungkinan dan aspirasi, bukan tempat dengan keterbatasan dan ketakutan.

4. Membangun Kesadaran akan Dunia yang Lebih Luas
Percakapan terbuka dan jujur yang teratur antara orang tua, guru, dan anak-anak, memaparkan anak-anak ini pada berbagai topik, pendapat, dan informasi tentang apa yang terjadi di komunitas anak dan di dunia yang lebih luas di sekitar mereka. Memiliki kesadaran ini memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi tempat mereka di dunia melalui pemikiran dan tindakan kritis mereka sendiri. Kesadaran ini menjadi semakin penting ketika anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa.

Jadi, sekarang kita menyadari pentingnya berbicara dengan anak-anak kita, apa yang dapat kita lakukan untuk mendorong hal itu terjadi?

Kita bisa menerapkan 3T - Tune-In, Talk More dan Take Turns.

1. Tune In - dengan memperhatikan apa yang dikatakan anak Anda kepada Anda. Termasuk di dalamnya menanggapi dan menunjukkan minat pada apa yang mereka katakan - baik secara verbal maupun non-verbal. Beberapa saran untuk benar-benar tuning-in adalah; untuk memberikan perhatian penuh kepada anak Anda, lakukan kontak mata, turun ke level anak Anda dan renungkan atau ulangi kembali apa yang telah dikatakan untuk mengklarifikasi bahwa Anda telah memahami arti sebenarnya dari apa yang mereka coba katakan.

2. Talk More - jadikan waktu bicara sebagai bagian rutin dan konstan dari hari/minggu Anda. Sisihkan waktu untuk berbicara dan pastikan bahwa Anda memprioritaskan waktu ini sebagai hal yang penting. Bantu anak Anda untuk merasa lebih nyaman berbicara dengan Anda dengan membantu mereka membangun kosakata yang lebih menarik dan bervariasi - memiliki lebih banyak kata untuk mengekspresikan diri sangat bermanfaat bagi anak-anak kita. Bekerja sama dengan anak-anak Anda tentang cara melakukan berbagai jenis percakapan - sebagai contoh bagaimana mengekspresikan kemarahan, atau sakit hati atau kekecewaan - contohkan percakapan ini sehingga mereka dapat 'melihat dan mendengar' seperti apa suara mereka.

3. Take Turns - memiliki percakapan yang bermakna dalam bagian yang sama, berbicara dan mendengarkan. Pikirkan percakapan dengan anak Anda seperti bermain permainan menangkap bola. Sama seperti Anda ingin bolanya bolak-balik, dalam percakapan Anda ingin adanya timbal balik. Ajukan pertanyaan terbuka dan dorong anak Anda untuk melakukan hal yang sama, minta klarifikasi dan hormati hak anak Anda untuk melakukan hal yang sama. Ajari anak Anda cara yang benar untuk tidak setuju dengan sesuatu yang telah dikatakan dan dorong mereka untuk cukup berani memberikan alasannya. Tetapi juga, ajari anak-anak Anda bahwa mereka mungkin tidak selalu setuju dengan sesuatu yang telah dikatakan, juga tidak semua orang setuju dengan semua yang mereka katakan.

Untuk mengakhiri, mari kembali ke pesan utama dalam kutipan Richard Scarry - yaitu hadiah berharga yang kita miliki sebagai orang dewasa, saat kita membimbing anak-anak kita untuk menemukan suara mereka. Seperti hadiah apa pun, kita dapat memilih untuk meletakkannya di belakang lemari dan mengabaikannya, atau, kita dapat memilih untuk menempatkannya dalam sorotan dan merayakan signifikansinya. Demi anak-anak kita - mari kita pastikan bahwa ini adalah hadiah yang terus diberikan dan dirayakan dengan baik untuk masa depan anak-anak kita!

Meiva Mutia R
March 2022
VIEW MORE VIEW LESS

MEMPERKENALKAN HIGHER ENGLISH COURSE, PROGRAM TERBARU DI I CAN READ



I Can Read Indonesia telah membangun reputasinya sebagai penyedia program literasi bahasa Inggris yang sangat sukses untuk anak-anak.

Kebanyakan siswa kami adalah kelompok usia 2.5 tahun – 12 tahun. I Can Read telah berperan dalam membantu anak-anak untuk menjadi sadar fonologis, membimbing mereka hingga berkompetensi, berkepercayaan diri dan berkelancaran dalam membaca dan menulis. Kami telah berperan dalam membantu memperluas kosakata dan pengetahuan akan kata bahasa Inggris mereka, serta meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan jelas, memahami, dan berpikir kritis dalam bahasa Inggris – singkatnya, kami telah membantu menempatkan pelajar muda ini dengan baik di jalan mereka menuju kesuksesan akademis.

Selama bertahun-tahun, kami sering diminta untuk mempertimbangkan memperluas jangkauan pendidikan kami dengan memperkenalkan program bahasa Inggris untuk siswa yang lebih dewasa, dan sementara ini membutuhkan waktu untuk membuahkan hasil, dengan senang hati kami sekarang dapat mengumumkan pengenalan Higher English Course, program bahasa Inggris baru di I Can Read yang dikhususkan untuk siswa tingkat sekolah menengah.

Melanjutkan kemitraan kami dengan Cambridge Assessment English, I Can Read akan menggunakan seri buku Cambridge English 'Empower', yang merupakan materi pengajaran dan pembelajaran yang akan digunakan didalam pengajaran Higher English Course.

Cambridge English Empower, telah dikembangkan oleh tim yang sangat berpengalaman dan ahli di bidangnya di Cambridge University Press. Ada banyak alasan kami memilih seri Cambridge English Empower, di antaranya:

1. Pengembang seri Empower, adalah pakar yang terkenal di dunia di bidang Akuisisi Bahasa Inggris.
2. Siswa dapat menggabungkan studi mereka dengan penilaian tervalidasi dari Cambridge Assessment English dan mendapatkan kualifikasi yang diakui secara global.
3. Isi dari Empower mengacu pada Common European Framework of Reference (CEFR) – standar internasional untuk menggambarkan kemampuan bahasa.
4. Seri Empower telah dikembangkan untuk:
- Mempromosikan keterlibatan pelajar – baik topik, grafik, mapupun cara penyajian materi, dikelola dengan cermat untuk menanamkan rasa ingin tahu dan melibatkan siswa untuk 'ingin' belajar.
- Memberikan pembelajaran yang dapat dikelola – seri ini telah dirancang dengan hati-hati untuk memastikan bahwa pelajar tidak kewalahan di setiap titik pembelajaran mereka.
- Secara aktif mendukung pelajar untuk berlatih – memberikan siswa banyak kesempatan untuk meninjau dan berlatih baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Materi yang terdalam didalam seri Empower berfokus pada bahasa fungsional dan komunikasi yang terjadi di dunia nyata, sehingga relevan dengan kehidupan sehari-hari remaja dan dewasa muda.
6. Baik isi maupun metode pengajaran Empower cocok untuk pengajaran online dan offline.
7. Empower didukung oleh platform online yang mudah digunakan dengan alat digital canggih, memungkinkan siswa memiliki banyak peluang untuk belajar mandiri, pengujian dan penilaian yang otomatis, jalur pembelajaran yang dipersonalisasi di luar kelas, ditambah akses ke berbagai materi pembelajaran tambahan yang relevan.
8. Empower juga dilengkapi dengan sumber belajar dan pengajaran yang sangat bagus – dirancang untuk mendukung guru dan siswa!

I Can Read Indonesia menawarkan program baru Higher English Course baru dalam 6 level berbeda, A1 - Level Pemula, A2 - Level Dasar, B1 - Tingkat Menengah Bawah, B1+ - Tingkat Menengah, B2 - Tingkat Menengah Atas dan C1 - Tingkat Mahir.

Untuk menentukan di level mana setiap siswa akan ditempatkan, pertama-tama mereka akan mengikuti Cambridge English Placement Test (CEPT) yang merupakan tes penempatan bahasa Inggris Cambridge online resmi, yang akan diatur oleh I Can Read. Tes ini akan mengungkapkan tingkat Common European Framework Reference (CEFR) mereka, yaitu antara A1 dan C1, yang akan menunjukkan level Empower yang paling cocok untuk siswa tersebut berdasarkan tingkat kemampuan bahasa Inggris mereka saat ini.

Para siswa kemudian akan ditempatkan di kelas dengan siswa dengan tingkat kemampuan yang sama dan akan bimbing oleh seorang pengajar I Can Read.

Semua pengajar Higher English I Can Read Indonesia adalah:

Pengajar yang memiliki kualifikasi di bidangnya  – terutama di bidang Pendidikan Pengajaran Bahasa Inggris dan Linguistik.
Pengajar yang memiliki pengalaman yang luas dalam pengajaran bahasa Inggris.
Pengajar yang menerima pelatihan dan pengembangan profesi secara berkala.
Pengajar yang mengikuti penilaian CEFR secara individu untuk memastikan mereka memiliki keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mendukung siswa yang lebih dewasa. 
Pengajar yang menerima pelatihan khusus dalam mengajar seri Empower.
Pengajar yang menerima pelatihan khusus dalam memanfaatkan platform online dan perangkat digital terkait dengan sebaik-baiknya.

Jadi, mengingat semua hal di atas, mengapa sebaiknya mempertimbangkan untuk mendaftar ke Higher English Course, Program Terbaru di I Can Read?

1. Seri Cambridge English Empower adalah pemimpin di pasar ESL global,
2. Siswa dapat menggabungkan studi mereka dengan pengujian formal yang divalidasi dengan Cambridge English Assessment,
3. Kualifikasi yang diterima setelah pengujian ini diakui secara global,
4. Kualifikasi yang diakui secara global sangat penting untuk mendapatkan akses ke pendidikan internasional yang lebih tinggi dan untuk membuka pintu menuju karir nasional dan internasional yang sukses.

Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang Higher English Course, Program Terbaru di I Can Read, atau jika Anda ingin mendaftarkan anak Anda untuk Cambridge Assessment English, silakan hubungi kami melalui situs web resmi ICR atau berbicara dengan tim kami di ICR yang terdekat dengan anda – untuk informasi lebih lanjut mengenai lokasi ICR di sekitar anda, silakan merujuk ke halaman 'lokasi' di situs web ini.

Inge Wilhelm
February 2022
VIEW MORE VIEW LESS

APAKAH KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS LEBIH SULIT DARI KETERAMPILAN BAHASA INGGRIS LAINNYA?



“Anak saya selalu mendapatkan hasil yang baik di ujian bahasa Inggrisnya, namun saya jarang mendengar dia berbicara bahasa Inggris.”

“Anak saya dapat membaca, menulis, dan mendengarkan bahasa Inggris dengan sangat baik, tetapi entah kenapa dia tidak percaya diri jika harus berbicara dalam bahasa Inggris.”

Terdengar tidak asing?

Jika anda telah cukup lama mengajar bahasa Inggris di Indonesia, anda pasti pernah mendengar komentar di atas dari cukup banyak orang tua di Indonesia. Anda mungkin juga sudah menyadari bahwa banyak murid-murid di Indonesia memiliki ciri yang sama: mereka kesulitan untuk berkomunikasi secara verbal dalam bahasa Inggris meskipun mereka memiliki nilai yang tinggi di pelajaran Bahasa Inggris di buku rapor sekolah mereka.

Tetapi kenapa? Bukankah nilai bahasa Inggris yang baik di sekolah berarti murid seharusnya bisa membaca, menulis, mendengarkan, DAN berbicara bahasa Inggris? Apa yang membuat berbicara begitu sulit yang menyebabkan begitu banyak murid kita kesulitan melakukannya?

Untuk menjawabnya, kita perlu memahami bahwa 4 keterampilan berbahasa Inggris – Membaca, Mendengarkan, Menulis, dan Berbicara – secara dasarnya berbeda. Meskipun mereka memiliki beberapa karakteristik yang sama, seperti kebutuhan akan kosakata bahasa Inggris, mereka memiliki unsur kunci yang berbeda. Mari kita lihat bagaimana keterampilan berbicara bahasa Inggris berbeda dari keterampilan berbahasa Inggris lainnya:

1. Waktu Berpikir yang Terbatas
Ketika kita membaca atau menulis, kita dapat kapan saja berhenti untuk berpikir. Kita dapat membuka kamus kapanpun kita menemukan kata yang asing, kita dapat beristirahat untuk menyusun ide-ide yang ingin kita sampaikan, atau kita dapat mengambil waktu untuk melakukan riset. Tetapi kita tidak dapat melakukan hal-hal tersebut ketika kita berbicara: kita perlu berpikir selagi berbicara. Ini dikarenakan berbicara adalah kegiatan yang dinamis dan berlangsung secara spontan – jika kita berhenti terlalu lama untuk berpikir, kita dapat kehilangan pendengar kita.

2. Bunyi yang Asing
Setiap bahasa memiliki bunyi yang unik, dan kita akan terbiasa dengan bunyi unik tersebut jika kita tumbuh besar dengan berbicara bahasa tersebut. Ada banyak bunyi dalam bahasa Inggris yang tidak dapat kita temukan di bahasa Indonesia. Bunyi-bunyi yang unik ini mungkin tidak terlalu kita perhatikan ketika kita hanya harus mendengar, tetapi ketika kita harus berbicara dan membuat bunyi-bunyi tersebut, kita dapat kesulitan melakukannya karena lidah kita tidak terbiasa membuat bunyi-bunyi tersebut.

Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, kita tidak memiliki kata-kata dengan bunyi “th” seperti kata “this”, “think”, dan “with” dalam bahasa Inggris. Karena inilah kebanyakan orang Indonesia akan kesulitan ketika mereka harus membuat bunyi tersebut dengan akurat.

3. Peribahasa yang Berbeda
Selain bunyi yang berbeda, bahasa yang baru juga memiliki kumpulan peribahasa yang berbeda. Sebagai contoh, frase yang memiliki arti “nasi sudah menjadi bubur” dalam bahasa Inggris akan melibatkan tangisan dan susu. Jika kita ingin dapat mengekspresikan diri kita sendiri dengan lancar, kita harus terbiasa memahami dan menggunakan peribahasa baru tersebut.

4. Pendengar Langsung
Memiliki pendengar langsung dapat membuat kita gelisah. Sebagai contoh, kebanyakan orang akan menemukan bahwa menulis jauh lebih nyaman dibandingkan berbicara, meskipun mereka hanya harus berbicara kata-kata yang sama persis dengan yang mereka tulis. Ini karena berbicara hampir tidak pernah merupakan aktivitas tunggal dan sering melibatkan interaksi dari pendengar secara langsung. Mengetahui hal ini cenderung memberikan kita tekanan yang berlebih, membuat kita tegang dan gugup.
Jika kita kembali kepada hasil tes bahasa Inggris anak-anak kita, alasan utama kenapa hasil tes yang baik tidak selalu paralel dengan keterampilan berbicara yang baik adalah karena banyak tes bahasa Inggris sekolah hanya berfokus pada keterampilan membaca dan mendengarkan murid-murid. Coba kita lihat kembali pengalaman kita selama di sekolah dan banyaknya tes dan ujian yang kita lakukan dalam pembelajaran bahasa Inggris kita.

Situasi ini bahkan dipersulit oleh fakta bahwa di kebanyakan sekolah, bahasa Inggris diajarkan sebagai pengetahuan, bukan keterampilan. Murid-murid kita diajarkan bagaimana mendapatkan hasil yang sempurna di ujian mereka, namun tidak diajarkan cara mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Waktu untuk berbicara juga cenderung terbatas di kelas bahasa Inggris dan biasanya mendapat perhatian paling sedikit.

Jadi, bagaimana kita dapat membantu anak-anak kita agar dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan lebih lancar dan percaya diri?

1. Dorong mereka untuk mulai berbicara!
Ya, tentu saja aktif berbicara sangat penting untuk meningkatkan keterampilan berbicara mereka. Mari kita lihat dengan cara ini: jika kita mau bermain olahraga basket, kita mungkin tahu secara teori semuanya tentang olahraga tersebut: apa yang harus kita lakukan dengan bolanya, berapa pemain yang boleh berada di lapangan, bahkan mungkin ukuran lapangan, dll. – tetapi kita tidak akan mahir bermain basket hanya dengan mengetahui semua itu. Kita perlu bermain basket secara teratur agar kemampuan kita dapat meningkat.

2. Tempatkan mereka di lingkungan berbahasa Inggris
Seperti yang telah kita lihat di atas, berbicara hampir tidak pernah merupakan aktivitas tunggal. Anak-anak akan enggan untuk berlatih berbicara jika mereka tidak memiliki siapapun untuk berlatih dan tidak memiliki tujuan yang nyata untuk berbicara bahasa Inggris. Kita perlu menempatkan mereka dalam situasi di mana mereka akan didorong untuk berbicara dalam bahasa Inggris dengan tujuan yang nyata – salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah mendaftarkan mereka dalam kursus bahasa Inggris dengan teman-teman mereka atau menyisihkan satu hari setiap minggu di mana semua anggota keluarga diminta untuk hanya berbicara bahasa Inggris.

3. Dorong mereka untuk berpikir dalam bahasa Inggris
Kemampuan berpikir dalam bahasa Inggris akan secara sangat mengurangi ketergantungan mereka pada bahasa ibu mereka karena mereka tidak perlu terus-menerus menerjemahkan pikiran mereka. Ini bukan keterampilan yang dapat dipelajari dalam semalam – bagi banyak anak-anak, keterampilan ini akan datang secara bertahap, seiring dengan lebih seringnya mereka berbicara dan mendengar bahasa Inggris. Mengurangi kebutuhan untuk menerjemahkan semuanya, memungkinkan seorang anak untuk berpikir, mendengarkan, dan berbicara bahasa Inggris dengan lebih cepat dan lancar.

4. Buat kesalahan menjadi sesuatu yang biasa
Kebanyakan anak kurang percaya diri untuk berbicara dalam bahasa Inggris karena mereka takut membuat kesalahan dan merasa bahwa orang akan mengolok-olok mereka. Hal ini membuat mereka cemas setiap kali mereka harus berbicara dalam bahasa Inggris, terutama di hadapan orang lain. Kita perlu mengingatkan mereka bahwa membuat kesalahan adalah proses yang wajar dalam semua pembelajaran dan mereka tidak boleh malu karenanya.

Belajar bahasa asing bisa menjadi tantangan yang sulit, dan tidak sedikit orang yang setuju bahwa bahasa Inggris adalah salah satu yang paling sulit untuk dipelajari. Setiap aspek keterampilan literasi utama – Membaca, Menulis, Mendengarkan, atau Berbicara memiliki kesukaran dan tuntutannya sendiri, tetapi, karena berbicara biasanya dilakukan di depan umum, banyak anak-anak yang kesulitan untuk menunjukkan keterampilan berbicara mereka dengan percaya diri – bahkan jika mereka memiliki keterampilan tersebut!

Peran kita sebagai orang tua dan guru adalah untuk mendukung anak-anak kita sampai mereka mendapatkan kepercayaan diri yang mereka perlukan. Kita melakukan ini dengan membiasakan dan mendorong anak-anak kita untuk berbicara bahasa Inggris di rumah dan kelas, dengan memberikan anak-anak kita banyak kesempatan untuk berlatih, dengan memastikan bahwa setiap aspek bahasa Inggris – membaca, menulis, mendengarkan DAN berbicara – diberikan waktu yang sama di kelas, dan dengan menemani anak-anak kita dengan belajar dan berlatih bersama. Seperti yang kita semua tahu, anak-anak akan mencontoh perilaku kita, jadi jika kita semakin percaya diri dalam berbicara bahasa Inggris, mereka juga akan semakin percaya diri.


Agus Haris Munandar
January 2022
VIEW MORE VIEW LESS